Welcome To My Site Please Stay And Make Your Self Comfortable...

bunda


Aku lahir dan teriakkan tangis pertamaku
Agar kau bangga karena aku berhasil hidup, bunda
Kupompa jantung, kuhirup udara lewat paru-paru
Akhirnya aku dapat merasakan langsung belaian kasih bunda di kulitku

Namun bunda, di mana kau berada
Belaianmu belum juga kudapatkan
Aku sendiri dalam boks dingin dan gelapnya malam
Menanti, kesepian dan tanpa nama

Bunda, entah berapa tangan sudah menimang
Namun, timanganmu belum juga menyapa
Ada apa dengan diriku ini, bunda
Apakah aku telah berbuat salah ?
Mereka membawaku keluar dari rumah sakit, bunda ...
Tapi bagaimana bila kau mencariku ?
Bagaimana bila kau tiba-tiba merinduiku
Atau aku merinduimu, 9 bulan dalam rahimmu, membuatku sayang padamu
Akankah kelak kita bertemu lagi, bunda ?
Akankah kau pernah tahu kemajuanku dari hari ke hari, bunda ?

Akankah kau bertanya apa aku baik-baik saja, bunda ?
Akankah kau perduli dengan keadaanku, bunda ?
Aku sekarang tinggal di panti bayi, bunda
Tanpa sambutan hangat dan pelukan
Tanpa aqiqah dan tanpa pengajian
Hanya tatap iba yang kudapat

Aku sudah mulai bisa berjalan walau sedikit tertatih, bundaku
Tapi kenapa tidak terdengar tepuk tangan bangga darimu
Hanya penjaga bayi di panti, saksi bisu kemajuanku

Aku memang tidak cantik bunda, tak ada yang mau mengadopsiku
Tapi aku yakin kau bangga dan mencintaiku, hanya itu yang ada di hati
Walau aku dapatkan makan, pakaian dan boks tidur di sini
Tapi harapan bersamamu, berada dalam pelukanmu selalu ada di dada ini
Membuatku kuat menjalani hari-hari sulit dalam panti

Bunda, di manapun kau berada
Jangan kau khawatir padaku ya
Aku memang kecil tapi aku kuat
Berbanggalah padaku, bunda

PERGILAH JIWA


Tsunami
Entah dimana nyawa berdiam duka

entah dimana aura ringkih meraja
entah dimana belahan jiwa menutup mata
Ku rindu....
Kasih bunda di tiap angka-angkaNya
Sejak bumi guncang kelopak mata
Hingga simbah airpun meronta
Pergi....
Pergilah jiwa dengan ikhlas dalam dada
di pelukan bunda
di gendongan tikar berbalut kafan bersama
belahan bumi dan semerbah jeumpa mewangi.
idak seorang pun sanggup melawan takdir,
tidak pula kau....
juga tidak diriku, 
maka pergilah
pergi....

BELUM HABIS DAUN-DAUN DESEMBER


-Buat saudara-saudaraku di Aceh yang tengah berdukaĆ¢€¦

1/
Tak ada kata paling kelam
sanggup menjangkau dasar palung lukamu.
Hanya doa airmata yang timbul tenggelam
dalam adonan rasa: kehilangan, ketakutan dan kepasrahan.

Hidup bukan semata senda gurau permainan
sebab pada setiap detik di depan
senyum tak sepenuhnya bisa dibentangkan.

Belum habis daun-daun Desember tanggal dari kelender
saat getar gempa membelah hening pagi tanah Rencong.
Belum genap rotasi bumi, belum lunas putaran jarum jam
ketika gelombang pasang merambah daratan pemukiman
menghempas kota seisinya: yang hidup dan mati
manusia hingga debu materi.

2/
Aku tak ingin menuliskan angka-angka itu
puluhan ribu mereka yang rebah minggu lalu.
Aku ingin mencatat setiap nama mereka dalam diariku
sebab membacanya lebih merenyuhku pilu.

Aku benci harus mencatat angka jumlah korban
puluhan ribu mereka yang jadi korban minggu lalu
sebab di ujung kalkulasi dalam rumusan baku
hanya hampa, dan bukan jaga dalam sedu sedan.

3/
Adakah beda antara hidup dan mati
jika wajah mereka yang hidup seredup wajah
mereka yang bergelimpangan di seantero kota mati?

Apakah masih berarti kehilangan
jika yang tersisa hanya pakaian membungkus badan?

Mungkin masih nyala sepercik harapan
tapi mengapa yang tersadap semata aroma kematian?

Tuhan, padaMu semua jawaban
hembuskanlah pada mereka dengan nafas Rahman!

Tuhan, rengkuhlah kami semua dalam KasihMu
tuntunlah kami, jangan biarkan kami angkuh
jangan biarkan kami berpaling dari wajahMu
terimalah saudara-saudara kami di Aceh, terimalah mereka
dengan peluk Kasih dan SayangMu
sebab luka mereka tengadah nganga
semata kepadaMu.

Amin! Amin! Amin!

TERIRIS LUKA


Ditengah malam syahdu nan pekat
Ku teringat pada mu, bayangmu
Selalu melintas di kelopak mataku
Ku coba untuk melupakanmu
Namun bayang mu, trus menghampiriku
Sunyiku kau tabur bunga rindu
Kau bagai angin yang sejukkan
Jiwa ragaku…
Namun kini, sia-sia sudah mahligai cintaku
Mimpi indah tiada lagi, sirna terbakar
Kayu arang abu…
Ku coba bertanya pada malam
Dia membisu
Angin berlalupun, tak memberikan
Jawaban,,
Hanya satu yang terucap
Mengapa aku mencintaimu…
Dan mengapa aku terlahir untuk terluka…
Ku sadar, cinta tak harus memiliki
Tapi ku tak bisa, ku tak rela
Mungkin ada yang lebih dariku….
Sampai datang masa pertemukan kita
Untuk kembali, atau terpisah selamanya…
Sungguh hina diriku
Mencintai orang yang tak mencintai ku
Dan takkan pernah menyayangiku..
Mengapa aku di pertemukan denganmu
Musim gugur dihatiku…
Seakan tumbuh bersemi
Titian cintaku pupus begitu saja
Tiadakah iba dihati mu…
Tiadakah rasa ntuk ku….
Kau berlalu menuju impian mu yang baru..
Rinduku sudah kau lara…
Sayang ku kini t’lah kau buang
Mungkinkah aku tercipta
Hanya untuk disakiti dan dihina???
Apakah ini suatu cobaan untukku??
Apakah ini suatu goresan hati yang luka??
Yang tak bisa sembuh
Walau penawar vdari mana pun…
Semoga kau bahagia
Tanpa sosok bayanganku…